BATURAJA TIMUR, OKU Ada satu kata yang selalu membuat kami, redaksi, penasaran sekaligus takjub setiap musim surut tiba di Sungai Ogan: ngijing. Bukan sekadar turun ke sungai memungut kerang, ngijing adalah denyut kehidupan masyarakat di sepanjang aliran Sungai Ogan, termasuk Desa Tanjung Kemala, Kecamatan Baturaja Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).

Bukan hanya Desa Tanjung Kemala saja, tetapi desa-desa lain yang berada di sepanjang Sungai Ogan juga merasakan sensasi yang sama. Setiap kali musim kemarau tiba dan sungai surut, sungai yang semula tenang mendadak hidup, dipenuhi jejak kaki dan riuh tawa orang-orang yang berburu kijing.

Kijing hanya bisa dicari pada saat masuk musim kemarau, ketika Sungai Ogan sedang surut. Siapa sangka, di balik surutnya air sungai yang tampak sepi, tersimpan drama perburuan kijing. Emak-emak, gadis remaja, sampai remaja laki-laki, semua berlomba menjejak lumpur demi menemukan si kecil bersisik cangkang. Ngijing bukan sekadar hobi — ini sudah jadi kebanggaan.

Menariknya, kijing di sini diukur bukan pakai timbangan digital modern, melainkan kaleng bekas susu Indomilk. Harganya Rp10 ribu per kaleng. Terlihat sederhana? Jangan salah. Satu kaleng kijing bisa membuka pintu rasa yang barangkali belum pernah pembaca cicipi seumur hidup.

Karena bagi kami, redaksi, kijing bukan cuma kerang. Ia adalah kelezatan yang bisa membuat lidah terpukau. Saat diolah, entah ditumis pedas, dijadikan pindang segar, atau dimasak dengan bumbu kuning khas Ogan, kijing menyulap rasa gurih yang sulit dilupakan.

Dan di sinilah letak sensasi terbesar: Banyak warga bersaksi, rasa kijing bahkan mampu menyaingi — bahkan mengalahkan — kenikmatan legendaris asam kepayang atau gulai kasam.

Padahal, gulai kasam bukan sekadar masakan. Ia adalah mahakarya kuliner masyarakat OKU, hasil fermentasi tradisional yang diwariskan turun-temurun. Rasa asamnya tajam, segar, seolah menari di lidah. Namun kini, muncul penantang baru bernama kijing — yang pelan-pelan merebut tahta rasa di hati masyarakat.

Bagi kami, redaksi, inilah keindahan kuliner lokal: Selalu ada kejutan baru yang menanti untuk ditemukan. Sungai Ogan bukan hanya mengalirkan air, tapi juga mengalirkan cerita, rasa, dan rahasia kenikmatan yang tak semua orang tahu.

Dan kami percaya, ngijing bukan hanya tradisi. Ia adalah simbol betapa kaya rasa dan budaya Bumi Sebimbing Sekundang. Karena siapa sangka, dari dasar sungai yang tampak biasa, muncul kijing — si permata kecil yang kini berani menantang legenda rasa seperti gulai kasam.

Jadi, satu pertanyaan kami untuk pembaca: Beranikah Anda mencicipi kijing, dan merasakan sendiri apakah ia benar-benar layak merebut singgasana gulai kasam?

Bagikan