Baturaja Media Sigap 91 News com Sumatera Selatan — Dalam momentum bersejarah Ini ( Ir. H. Marjito Bachri, ) Wakil Bupati ( Wabup ) Oganj Komering Ulu,Meresmikan Secara Langsung Membuka Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Dan Gedung Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA)
Kegiatan Ini Sangat Penting Sekali Bagi Pemerintah Untuk Mewujudkan,Memajukan Pendidikan Inklusif Serta Menjangkau Peserta didik dari latar belakang ekonomi .
Pada kesempatan ini, Camat Kedaton Peninjauan Raya (KPR), Jaka Atmajaya, S.STP, M.Ec.Dev, Bersama Kepala Desa Kedaton Kecamatan KPR, ( Muhammad Endang ) Mengambil Inisiatif luar biasamengantar langsung para siswa yang kurang mampu atau berisiko putus sekolah agar bisa mengikuti proses pendaftaran ke SRMA 45.
Empat nama siswa mendapatkan perhatian khusus:
1. Mei Lesi (Desa Kedaton)
2. Rajibta Anggara (Desa Kedaton)
3. Albet Zacyansah (Desa Kedaton Timur)
4. Rido Herli Yansa (Desa Bunglai)
Langkah ini bukan sekadar simbolis tetapi bukti kepedulian konkret pemerintah kecamatan dan desa agar tidak ada anak yang tertinggal karena persoalan ekonomi atau akses.
Menurut Camat Jaka Atmajaya, “Tugas kami adalah memastikan bahwa setiap anak punya peluang yang sama. Bila harus turun tangan untuk mengantar mereka, maka itu yang kami lakukan.”
Kades Muhammad Endang menambahkan, “Anak-anak di desa ini punya potensi besar. Bila kesempatan pendidikan datang, kita harus bantu buka jalan mereka, bukan biarkan mereka menyerah.”
Peresmian dan Sambutan Pemerintah Kabupaten
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Marjito Bachri menyampaikan bahwa SRMA 45 OKU merupakan bagian dari program prioritas nasional yang diinisiasi Presiden RI, H. Prabowo Subianto, melalui Kemensos RI. Ia menekankan bahwa pendidikan merupakan senjata ampuh memutus rantai kemiskinan dan membuka kesempatan bagi masa depan yang lebih baik.
“Anak-anakku, gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. Sekolah ini bukan hanya tempat belajar, tetapi rumah kedua yang membentuk karakter dan masa depan kalian,” ujar Wabup dalam dialog bersama siswa.
Kepala Dinas Sosial OKU, dalam laporannya, menyatakan bahwa SRMA 45 OKU telah memuat 90 siswa sebagai peserta didik baru dari data verifikasi terbaru, meskipun target awal adalah 100 siswa. Ia menekankan bahwa sekolah rakyat ini didedikasikan untuk anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, agar mereka bisa mendapatkan pendidikan tanpa beban finansial.
Peranan Dinsos OKU dan Komentar Resmi
Sebagai institusi yang bertanggung jawab dalam kesejahteraan sosial di Kabupaten OKU, Dinas Sosial (Dinsos) memegang peran strategis dalam pendataan, verifikasi calon siswa, dan pengawasan agar program berjalan tepat sasaran.
Pada peresmian, perwakilan Dinsos OKU yang dikonfirmasi dilokasi adalah Halim, Sekretaris Dinsos (Sekdinsos) OKU. Dalam tanggapannya, Halim menyampaikan:
“Kami menyambut baik langkah konkrit Camat dan Kepala Desa yang mau turun tangan mengantar langsung siswa kurang mampu ke SRMA. Ini menunjukkan bahwa program sosial tidak akan efektif bila hanya disusun di atas meja tetapi harus dijalankan di lapangan dengan empati dan semangat gotong royong.
Dinsos OKU berkomitmen untuk mendukung penuh operasional SRMA 45: mulai dari bimbingan sosial, bantuan logistik siswa miskin, hingga monitoring keberlangsungan pendidikan mereka. Kami akan bekerja sama dengan kecamatan dan desa agar mereka tidak putus di tengah jalan.”
Halim juga menekankan bahwa Dinsos akan membuka kanal pengaduan dan layanan cepat bagi orang tua atau siswa yang mengalami hambatan administratif dalam pendaftaran atau adaptasi awal sekolah rakyat ini.
Refleksi dan Tantangan ke Depan
1. Simbol Keadilan Pendidikan
Kehadiran SRMA 45 dan langkah antar siswa kurang mampu menjadi simbol bahwa pendidikan harus menjadi hak yang setara bukan hak istimewa kelompok tertentu.
2. Kolaborasi vertikal dan horizontal
Keberhasilan program ini sangat bergantung pada sinergi dari pemerintah pusat (Kemensos), pemerintah kabupaten, kecamatan, desa, hingga masyarakat sebagai mitra nyata.
3. Risiko putus sekolah masih nyata
Sekalipun siswa sudah terdaftar, tantangan ekonomi keluarga, transportasi, fasilitas asrama, dan kebutuhan sehari-hari bisa menghambat kelangsungan belajar. Semua stakeholder harus siap mendampingi.
4. Transparansi dan akuntabilitas
Agar program ini tidak disalahgunakan, publik perlu akses transparansi data calon siswa, alokasi bantuan siswa miskin, dan laporan evaluasi berkala.
5. Replikasi ke daerah lain
Bila SRMA 45 OKU berhasil menyentuh target inklusif, model ini bisa direplikasi ke kabupaten lain agar capaian pendidikan merata di seluruh Sumatera Selatan bahkan Indonesia.
Peresmian SRMA 45 OKU bukan hanya sekadar pengguntingan pita dan sambutan seremonial. Di balik itu, ada cerita anak-anak desa yang sebelumnya terancam berhenti sekolah karena keterbatasan ekonomi, kini mendapat peluang baru. Ada semangat Camat dan Kepala Desa yang turun tangan langsung. Ada janji Dinsos OKU yang akan mendampingi.
Semoga langkah ini menjadi momentum kebangkitan pendidikan inklusif di OKU, dan menjadi contoh bagaimana birokrasi dalam level kecamatan dan desa bisa menjadi jembatan keadilan bagi warga kecil. ( KAVARI )