Batang Hari, Jambi, Sabtu, 14 Desember 2024 – Berbagai pemberitaan tentang illegal drilling di kawasan Senami dan Desa Bungku, Kabupaten Batang Hari, terus memicu pro dan kontra di tengah masyarakat. Namun, di balik pemberitaan tersebut, ada sisi lain yang jarang terlihat—kisah perjuangan para pelaku yang bekerja di tengah keterbatasan dan penuh pengorbanan.

“Kami ini bukan kriminal, kami hanya mencari nafkah,” ujar K, salah seorang pelaku illegal drilling di kawasan Bungku. K menceritakan bagaimana ia dan rekan-rekannya harus tinggal di tengah hutan dengan fasilitas seadanya. Gubuk beratap plastik menjadi satu-satunya tempat berlindung dari panas dan hujan.

“Kalau hujan, ya basah semua, Pak. Tidak ada yang peduli, kami cuma bisa bertahan. Tapi siapa yang mau bekerja seperti ini kalau punya pilihan lain?” tambah K dengan nada lirih.

Hidup di Tengah Risiko dan Jauh dari Keluarga

K juga mengungkapkan betapa beratnya hidup jauh dari keluarga demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Kami jarang pulang. Anak-anak kami di rumah kadang hanya bisa kami lihat sebulan sekali,” ungkapnya.

Selain menghadapi tantangan alam, risiko kecelakaan dan tekanan dari aparat juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. “Kami tahu ini berbahaya, tapi kami tidak punya pilihan lain. Kalau kami berhenti, kami tidak tahu bagaimana keluarga kami bisa makan,” kata K dengan penuh harap.

Kritik Terhadap Pemberitaan

Menurut K, pemberitaan yang banyak beredar tidak pernah menggambarkan realitas kehidupan para pelaku di lapangan. “Berita hanya melihat sisi negatifnya saja. Tidak ada yang mau tahu bagaimana kami bertahan hidup, bagaimana rasanya tidur di tengah hutan tanpa atap yang layak,” ucapnya.

Bagi K dan para pelaku lainnya, pekerjaan ini adalah satu-satunya jalan untuk menyambung hidup di tengah sulitnya mendapatkan pekerjaan di daerah. “Kalau ada pekerjaan yang lebih baik, kami pasti berhenti. Tapi sampai sekarang, tidak ada yang menawarkan solusi untuk kami,” tegasnya.

Seruan untuk Perubahan

Para pelaku berharap pemerintah dapat lebih memahami kondisi mereka. “Kami tidak melawan aturan, kami juga tahu ini salah. Tapi kami butuh solusi, bukan hanya tekanan,” kata K.

Mereka juga menginginkan pemberitaan yang lebih adil dan seimbang, yang tidak hanya menghakimi tetapi juga mengangkat sisi perjuangan mereka. “Kami hanya ingin didengar. Kalau pemerintah mau membantu, kami siap berubah,” tutup K dengan penuh harap.

Kisah K dan rekan-rekannya adalah cerminan dari realitas keras yang dihadapi para pelaku illegal drilling. Kini, tugas bersama adalah mencari solusi yang dapat menjawab kebutuhan ekonomi mereka, tanpa mengabaikan hukum dan keberlanjutan lingkungan.

(redaksi)

Bagikan