Jambi — Sigap91News.com, 25 Oktober 2025
Gelombang duka dan kemarahan publik menyelimuti Kota Jambi. Warga diguncang oleh temuan memilukan: jasad seorang bayi mungil ditemukan terkubur dangkal di tanah basah, hanya beberapa jam setelah meninggal dunia. Kisah tragis ini bukan sekadar kabar kriminal biasa, melainkan potret kelam lemahnya pengawasan orang tua, runtuhnya moral sosial, dan abainya peran negara terhadap generasi terpinggirkan.
Dari hasil pemeriksaan awal, petugas menemukan bahwa makam bayi itu masih baru, bahkan belum berusia satu hari. Di atas gundukan tanah sedalam sekitar 50 sentimeter, terlihat kain jarik lusuh yang masih menempel, membungkus tubuh mungil yang sudah tak bernyawa. Pemandangan itu seakan menjadi lukisan paling getir tentang cinta yang gagal lahir di tengah kerasnya jalanan.
Tim kepolisian segera mengevakuasi jasad bayi tersebut ke Rumah Sakit Bhayangkara Jambi untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan. Sejumlah saksi telah diperiksa, sementara penyidik kini mengantongi identitas kedua orang tua bayi yang diduga merupakan pasangan anak punk atau anak jalanan yang kerap beraktivitas di kawasan Simpang Rimbo, Kota Jambi.
“Untuk identitas kedua orang tua bayi sudah kita kantongi. Aktivitas mereka sehari-hari sebagai anak jalanan atau anak punk. Saat ini masih dalam pengejaran,” ungkap Kompol Jimi, perwira penyidik yang memimpin kasus ini.
Fakta mengejutkan pun terungkap. Berdasarkan penyelidikan awal, pasangan muda tersebut kabur dari klinik bersalin setelah sang bayi lahir.
Mereka kemudian membawa bayinya ke puskesmas dan sempat dirujuk ke Rumah Sakit DKT. Namun, sang bayi meninggal dunia tak lama kemudian. Alih-alih menyerahkan jasadnya secara layak, keduanya memilih menguburkan bayi itu secara diam-diam di tanah kosong.
“Data sementara menunjukkan bayi sempat lahir di klinik bidan, lalu dibawa ke rumah sakit. Setelah itu, orang tuanya kabur dengan membawa perlengkapan klinik tersebut. Semua masih kami dalami,” lanjut Kompol Jimi.
Tragedi ini bukan sekadar kisah duka, tapi cermin retak moral bangsa. Di tengah derasnya arus kebebasan, modernisasi, dan gaya hidup bebas, pengawasan orang tua melemah, pendidikan moral kian kabur, sementara pemerintah seolah kehilangan sentuhan empati terhadap kaum marjinal yang hidup di pinggir kota.
Anak-anak punk, anak jalanan, remaja tanpa arah — mereka bukan hanya korban lingkungan, tapi juga korban ketidakpedulian sistem sosial dan kebijakan yang gagal menyentuh akar masalah.
Kini publik menuntut lebih dari sekadar penangkapan pelaku. Masyarakat menunggu tindakan nyata: pembenahan moral, pendidikan keluarga, serta langkah tegas pemerintah untuk mencegah tragedi serupa terulang.
Karena di balik tanah merah yang menutupi jasad mungil itu, tertanam juga nurani bangsa yang mulai membusuk oleh kelalaian.
📰 Laporan Investigasi Khusus | Redaksi Sigap91News.com
“Berani Bongkar Fakta, Menyuarakan Nurani.”







