Artikel – Kota Jambi menjadi panggung diskusi visioner yang menggemakan semangat perubahan. Mahmud Marhaba, Ketua Umum DPP Pemerhati Jurnalismedia Siber (PJS), hadir membawa narasi baru tentang profesionalisme yang bermakna. Tidak sekadar teori, tetapi pedoman konkret untuk wartawan di era digital yang penuh tantangan.

Membangun Integritas, Bukan Sekadar Bergabung

“Kita tidak bisa sembarangan menerima anggota. PJS adalah ruang bagi mereka yang siap bekerja serius, bukan hanya sekadar bergabung untuk memperbanyak nama,” ungkap Mahmud dengan nada tegas. Proses seleksi PJS dirancang ketat, mulai dari kelengkapan administrasi hingga komitmen dari pemimpin redaksi.

Mahmud tahu, di dunia yang serba cepat ini, kualitas harus menjadi prioritas. “Kami tidak butuh banyak, tapi kami butuh yang solid,” tambahnya.

Solidaritas Tanpa Drama: Pilar Kekuatan PJS

Mahmud menegaskan bahwa kejujuran dan keterbukaan adalah fondasi utama dalam membangun persatuan. “Organisasi ini hanya akan kuat kalau kita saling jujur, terbuka, dan menghargai satu sama lain. Kritik boleh, tapi harus membangun. Jangan sampai ada konflik yang meruntuhkan persatuan,” ujarnya dengan tegas.

Sikap saling menghormati, menurut Mahmud, bukan hanya soal sopan santun, tapi juga cerminan profesionalisme. “Jika kita kuat di dalam, maka tak ada tantangan dari luar yang bisa menggoyahkan kita,” tambahnya.

Profesionalisme atau Tidak Sama Sekali

PJS menunjukkan keberanian dengan menolak anggota yang memiliki afiliasi dengan organisasi sejenis. “Ini bukan soal persaingan, tapi soal fokus. Kita tidak bisa maju kalau ada konflik kepentingan,” ujarnya.

Ia juga mengkritisi wartawan yang merangkap sebagai aktivis LSM. “Peran pers dan LSM itu bertolak belakang. Kalau mau jadi LSM, ya jangan jadi wartawan. Kita tidak main di dua kaki,” katanya, membuat para peserta terdiam, namun setuju.

Investigasi Mendalam, Bukan Sekadar Klikbait

Mahmud menggulirkan ide besar untuk membangun media nasional yang berorientasi investigasi. “Berita itu harus memberikan solusi, bukan sekadar informasi ringan yang dilupakan keesokan harinya,” tambahnya.

Ia juga membidik isu besar yang kerap terabaikan, seperti kualitas bahan bakar yang tidak melalui uji laboratorium. “Ini isu serius yang harus menjadi perhatian media kita. Bukan sekadar berita viral, tapi laporan yang punya dampak nyata,” tegasnya.

Independen Tanpa Intervensi

Mahmud menyoroti pentingnya media yang benar-benar bebas dari pengaruh eksternal, termasuk institusi pemerintah atau aparat. “Kalau nama media sudah membawa embel-embel institusi, kita kehilangan esensi independensi,” jelasnya.

Profesionalisme Tanpa Sertifikasi? Bisa!

Di tengah diskusi, muncul pertanyaan krusial: apakah wartawan tanpa UKW bisa dianggap profesional? Mahmud menjawab dengan lugas. “UKW itu penting, tapi bukan segalanya. Selama kita berpegang pada kode etik jurnalistik dan UU Pers, kita sudah berada di jalur profesionalisme,” katanya.

Pesan ini disambut hangat oleh peserta yang mayoritas belum memiliki sertifikasi. Mahmud menegaskan, kualitas kerja lebih berbicara dibanding selembar kertas.

Menangani Tantangan dengan Kepala Tegak

Sebagai organisasi baru, Mahmud menyadari bahwa PJS kerap dipandang sebelah mata. Namun, ia melihat ini sebagai peluang emas. “Mereka meragukan kita, tapi justru itu alasan kita untuk membuktikan diri,” tegasnya.

Ia juga memastikan pengurus yang tidak aktif akan diganti. “Organisasi yang tidak bergerak itu seperti pohon mati. Kami tidak punya ruang untuk itu,” ujarnya.

Menutup dengan Energi Positif

Diskusi ditutup dengan semangat tinggi. “Jambi adalah bagian dari sejarah awal perjuangan PJS. Kita akan buktikan, independensi dan profesionalisme adalah kunci keberhasilan,” ujar Mahmud.

Ia mengingatkan bahwa kepercayaan antar anggota adalah pondasi utama. “Jujur, terbuka, dan saling menghargai adalah inti dari keluarga besar ini. Dengan itu, kita bukan hanya menjadi kuat, tapi juga menjadi panutan,” tegasnya.

Kesimpulan: Menjadi Jurnalis, Bukan Sekadar Penulis Berita

Pertemuan ini bukan sekadar diskusi, tapi pijakan untuk menegaskan posisi PJS sebagai organisasi yang berani tampil beda. Profesionalisme bukan hanya soal gelar atau sertifikasi, tetapi soal integritas, keberanian, dan komitmen untuk terus belajar.

Sebagai jurnalis, kita tidak hanya bertugas melaporkan, tapi juga menciptakan dampak. Profesi ini adalah panggilan jiwa, dan PJS adalah rumah bagi mereka yang percaya bahwa kebenaran adalah kompas utama jurnalisme. Bersama, kita bukan hanya menulis, tapi juga menginspirasi.

(Penulis Jambi)

 

 

Bagikan